BANDUNG (WARTA BIRU) - Tak dapat dipungkiri, industri kreatif mempunyai peran penting dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia. Dari tahun ke tahun, industri kreatif memberikan kontribusi sebesar 7%-8% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Bandung merupakan kota yang memberikan kontribusi tertinggi terhadap pertumbuhan industri kreatif, terutama dalam bidang distro, tekstil, musik, dan film indie.
Menurut Cahya Irawady, dosen Fakultas Ekonomi Universitas Padjadjaran, angka 7%-8% merupakan angka yang cukup signifikan. Ia juga mengatakan merek lokal sudah berkembang dengan baik dan dapat berkembang sampai ke taraf nasional. Namun, untuk dapat bersaing dengan merek internasional banyak hal yang harus diperhatikan, seperti promosi, kualitas, brand image, dan harga.
Junior Chamber International (JCI) Cabang Bandung dan Harian Pikiran Rakyat mengadakan diskusi publik “Young Leaders Talk" dengan tema "Industri Kreatif" pada Kamis (5/5). Acara ini diselenggarakan di Ruang Komunitas HU Pikiran Rakyat, Jalan Asia Afrika 79 Bandung. Pembicaranya adalah Fiki Chikara Satari (pelaku industri kreatif) dan Rian Satya Wijaya (juara pertama International Polygon Bike Design Competition 2008), serta dipandu oleh moderator C. Daryus dan Andhy Widodo.
Fiki Satari menekuni usaha distro sejak ia masih berstatus mahasiswa. Label pakaiannya Airplane Systm sudah didistribusikan ke berbagai kota di Indonesia dan luar negeri. Berbicara tentang industri kreatif, terutama distro, Fiki mengatakan kualitas baju distro buatan lokal tidak kalah dengan baju bermerek internasional. “Kalau mau diadu kualitasnya, kita berani,” ujarnya. Cahya Irawady berpendapat, “Bila melihat pola konsumen anak muda Bandung, memang tampaknya bisnis distro sangat menjanjikan. Kita bisa lihat distro hampir selalu penuh oleh anak muda”
Saat ini produk Cina sudah membanjiri pasar Indonesia. Fiki mengatakan produk Cina yang murah dan banyak menjadi sebuah ancaman untuk industri kreatif Indonesia. Orang cenderung melihat harganya dibandingkan kualitasnya. “Saat ini mungkin produk Cina barulah ancaman kecil bagi pelaku industri kreatif. Namun, beberapa tahun lagi, produk Cina bisa jadi merupakan ancaman yang luar biasa,” lanjutnya.
Pria berusia 35 tahun ini mengatakan Bandung sangat kaya akan sumber daya manusianya, tetapi tidak punya sumber daya alam yang memadai. Oleh karena itu, tata ruang Bandung harus dikelola menjadi ruang-ruang yang inspiratif. Pada tahun 2008, Fiki dan teman-temannya membuat desain tulisan DAGO yang sampai sekarang terpampang di taman Cikapayang. Fiki merasa industri kreatif sudah mulai mendapat perhatian pemerintah walaupun belum banyak bantuan yang diberikan.
Untuk desain sepeda, Rian mengatakan Indonesia sudah cukup maju dan selevel dengan desain sepeda luar negeri. “Contohnya saja, produk lokal Polygon yang sudah berhasil menembus pasar internasional. Saya rasa untuk produk sepeda, Indonesia sudah bisa bersaing,” ujar perancang sepeda anak Boo Boo tersebut.
Sepeda anak Boo-Boo hasil desain Rian Satya
yang berhasil meraih juara 1 International
Polygon Bike Design Competition 2008
yang berhasil meraih juara 1 International
Polygon Bike Design Competition 2008
Mahasiswa S2 Desain Institut Teknologi Bandung itu juga berpendapat bahwa kelemahan desain Indonesia adalah dalam hal filosofi dan sejarahnya. Eropa misalnya, memiliki filosofi dan sejarah desain yang kuat. Dalam hal industri kreatif, Rian mengatakan Indonesia unggul dalam hal kerajinan tangan, seperti rotan dan jati.
Ahyar, mahasiswa Jurusan Manajemen Universitas Pendidikan Indonesia
yang mengikuti diskusi publik "industri kreatif"
Diskusi publik ini mayoritas dihadiri mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Bandung. Salah satunya adalah Ahyar, mahasiswa Jurusan Manajemen Universitas Pendidikan Indonesia. “Acara ini menarik karena mengundang pembicara yang kompeten. Selain itu, saya juga sangat tertarik untuk mencoba industri kreatif,” ujarnya. (Yohannie Linggasari)yang mengikuti diskusi publik "industri kreatif"
0 komentar:
Posting Komentar