RSS

Jumat, 30 Juli 2010

Sampai Kapan?


Kian datang dan pergi....

Berbeda, tapi ternyata sama
Awal yang berbeda, akhir yang sama...

Datang...
Pergi lagi...

Bukan salah mereka...
Namun aku...
Salah diriku...

Datang...
Pergi...
Datang...
Terusir...
Datang...
Pergi lagi...

Sampai kapan???
Aku tak tahu.

Lancang

Terkadang, dalam hidup kita, ada orang yang begitu lancang menghakimi kita. Mengatakan banyak kekurangan kita. Dari hal yang sangat sepele sampai hal yang amat sensitif. Tidak cukup hanya memojokkan kita, bahkan sampai harus membandingkan kita dengan orang lain. Dengan cara menyebutkan semua kelebihannya.

Tak jarang, kita marah. Merasa orang itu begitu sentimen terhadap kita. Seenaknya berbicara yang tidak menyenangkan. Satu kata. Lancang. Perkataannya bagai kritik yang tidak membangun. Menjatuhkan karena ucapannya yang menohok.

Lalu harus bagaimana? Sedih? Marah? Atau... Balas mencari kekurangannya dan berbuat hal yang sama seperti dia? Rasanya itu bukan pemecahan masalah yang pantas. Karena, mungkin saja ia benar. Dan mungkin ia berhak untuk mengatakannya. Mungkin. Jadi, buat apa marah? Toh, semua orang punya kekurangannya masing-masing. Jadi? Rasanya tak perlu marah untuk suatu hal yang memang tak perlu marah. Atau... Suatu hal yang memang benar adanya. Atau.. Suatu hal yang memang benar adanya namun tak mau kita akui. Walaupun itu memang menyakitkan. Walaupun itu tak pantas diumbar. Walaupun itu memang... Lancang.

ABSTRAK!!!!!

Sahabat....
Apa sih arti Sahabat?

Sebuah kata ABSTRAK!
Sama dengan Cinta

Cinta....
Apa sih arti Cinta?

Sebuah kata ABSTRAK!
Sama dengan Kebaikan

Kebaikan....
Apa sih arti Kebaikan?

Sebuah kata ABSTRAK!
Sama dengan Kejahatan

Kejahatan....
Apa sih arti Kejahatan?

Sebuah kata ABSTRAK!
Sama dengan Tuhan

Tuhan....
Apa sih arti Tuhan?

Sebuah kata ABSTRAK!
Sama dengan Dunia

Dunia....
Apa sih arti Dunia?

Lagi dan lagi....
Sebuah kata ABSTRAK!!!!

ABSTRAK... dan.... ABSTRAK....!!!!!!

Minggu, 11 Juli 2010

Culture Fest 2010

Culture Fest adalah sebuah acara yang diselenggarakan oleh Fikom Unpad untuk merayakan ulang tahun Fikom Unpad yang ke-50. Acara ini diselenggarakan pada tanggal 26 Juni 2010 di Lapangan Parkir Unpad Dipati Ukur. Rasa-rasanya telat banget yah saya baru nge-post sekarang? Sebenarnya, niatnya udah dari kemarin-kemarin sih, tapi baru terwujud sekarang. Hehehe...

Mahasiswa-mahasiswa angkatan 2009 pun turut ambil bagian di acara ini. Lebih tepatnya, dipaksa ambil bagian. Nilai mata kuliah KLB (Komunikasi Lintas Budaya) kami sangat bergantung pada acara ini. Dengan kata lain, kami dipercayakan (atau diharuskan?) mempresentasikan budaya-budaya dari berbagai belahan dunia. Untuk kelas saya, yaitu ILKOM D, mendapatkan budaya Italia, Mesir, dan Jerman. Kelompok saya sendiri mendapat budaya Italia.

Persiapannya aduh duh duuuuh, ribet dan bikin stress tingkat maksimum. Mulai dari anak-anak cowonya yang kurang bisa diandelin *ups*, waktu yang sempit banget, ngurusin proposal yang ribet, sampai tukang dekor yang nyebelin mampus. Banyak banget yang udah dikorbanin, mulai dari waktu, tenaga, dan biaya. Kayaknya kalo dirinci satu-satu di sini nggak bakalan muat, deh! Hehehehee...

Tapii.... Semua itu terbayar dengan suksesnya acara! Nggak sia-sia deh udah ngorbanin banyak hal demi acara ini. Kolaborasi kelas ILKOM D juara 3 kerjasama terbaik loh! Hohoho. Saya juga puas banget lihat stand saya yang rame dengan makanan-makanan, seperti Warung Pasta, Korban Kopi, dan Pisetta. Nggak sia-sia saya dan teman-teman ngurusin proposal buat kerja sama dengan mereka.

Beberapa foto yang saya comot dari albumnya Miss Ai.. Hohoho....



Tarantela dance by Italian Culture
*Di situ ada saya loooh, gilaak kesambet apa saya mau nari?*

Tanzen by Germany Culture
*Ini tarian ribet banget!*

Belly dance by Egypt Culture

Sembur-semburan api



For more information, check this out: http://www.unpad.ac.id/archives/28485



Rabu, 07 Juli 2010

Life Is Never Flat

Sesuai judulnya..., Life Is Never Flat...

Hidup ini banyak gejolak. Terkadang, saat kita happy, kita merasa menjadi orang yang sangat beruntung di dunia. Kita nggak mau semua kesenangan itu cepat berakhir. Tetapi, tetap saja itu semua akan berlalu. Saat sedih pun begitu. Ada kalanya kita merasa diri tak berguna dan kemudian menyalahkan keadaan. Tapi, itu semua pun akan berlalu.

Saya jadi teringat masa-masa ketika saya ditolak oleh 2 universitas negri yang saya incar. Rasanya sedih iya.., pasrah juga iya.. . Jadi gini, perasaan sedih memang ada, tapi saya berusaha menghibur diri saya sendiri dengan alibi "namanya juga univ negri yang berkualitas, pasti susah lah...", apalagi dengan gaya belajar malas-malasan saya ini. Saya kemudian putus asa http://matcuoi.com *sedih nih ceritanya* dan memutuskan buat masuk univ swasta saja. Saya kemudian mendaftar dan ortu sudah membayar uang masuknya. Akan tetapi, papa saya menyuruh saya untuk mencoba SNMPTN, saya sudah maleeeees banget rasanya. Sudah cape dengan penolakan univ-univ negri yang sombong itu! *kesel nih ceritanya*

Tapi, akhirnya, saya pun mencoba dengan gaya ogah-ogahan. Karena sudah ada cadangan, saya santai saja. Menyentuh buku pun saya sudah jual mahal. Hahahaha. Saya merasa percuma banget ikut SNMPTN, saya pesimis! Memilih jurusan pun saya agak ngasal. Hihihi, lucu rasanya kalo inget masa-masa itu. Kemudian, saat hari H, saya menjawabnya pun agak ngasal. Yang tadinya bila menjawab saya sangat hati-hati, dengan memperhitungkan kalo salah dapat nilai minus, saat itu saya banyak sekali menembak dengan sok pintarnya. Saya penuhi semua jawaban saya. Hahahaha. Namanya juga udah ogah-ogahan. Daaan..., nggak nyangka, ternyata saya dapat pilihan kedua, yaitu FIKOM UNPAD. Jujur, rasanya saat melihat hasil SNMPTN di internet, saya happpyyyy banget! http://matcuoi.com Akhirnya, ada univ negri yang mau nerima saya. Hahahahaha...

Waduh, sepertinya, obrolan saya sudah melenceng jauh. Bicara soal SNMPTN, itu bukan topik utama saya. Hehehe. Saya cuman mau menggambarkan kalo hidup itu nggak pernah flat-flat saja... Selalu ada kejutan di dalamnya. Itu dia contohnya, ada kalanya saya sedih karena ditolak, tapi kemudian saya happy karena diterima. Dan, sekarang, saat hidup saya datar-datar saja, tiba-tiba muncul sebuah kejutan yang agak "menyetrum". Saat hidup saya datar-datar saja... Saat hidup saya flat banget, tiba-tiba... Tiba-tiba... Hmmm.... Tiba-tiba....

TIBA-TIBA MAMA PAPA SAYA BILANG MAU ADOPSI ANAK! http://matcuoi.com Well, ini sangat mengejutkan bagi saya. Dengan frontal, saya bilang ENGGA MAU! Saya nggak habis pikir, kenapa ortu saya bisa kepikiran mau adopsi anak lagi. Secara, anaknya sendiri sudah 4. Saya anak yang paling besar, sedangkan yang paling kecil masih 6 SD. Apakah kurang ramai???!!! Kurang berisik???!!! Fuh, saya sendiri sudah nggak mau punya adik lagi. It's ENOUGH! Bukannya saya nggak seneng anak kecil. Saya seneng banget kok ama anak kecil (yang lucu, imut-imut, dan nggak nyebelin pastinya), tapi untuk jadi adik saya? Adik, lagi??? Saya NGGAK MAU!

Apalagi pas denger alasan ortu saya pas saya tanya kenapa mau adopsi anak lagi sedangkan anaknya udah banyak gini. Eh, saya malah dijawab gini, "Ya biar nanti papa mama ada yang ngurus dong, nanti kalian uda gede udah pada sibuk sendiri, mama papa nggak ada yang urus." Jawaban yang sangat menohok sekali. WHAT?? Jadi, mereka nggak percaya gitu sama saya kalo nanti saya bakal ngurus mereka? Ya, mungkin nanti saya akan sibuk dengan pekerjaan saya atau hal-hal lainnya, Mungkin. Tapi kan nggak berarti saya akan menelantarkan ortu saya, dong? Lagipula, ada 3 adik saya lagi. Hmmppff, rasanya terlalu jauh untuk membahas ini. Kita nggak tau kan apa yang akan terjadi di masa depan? Saya juga nggak menjamin saya bakal jadi anak yang berbakti. Who knows?

Honestly, saya itu takut sebenarnya. Saya takut ortu saya nanti lebih sayang sama si anak baru. Saya takut semuanya menjadi berubah dengan adanya dia. Saya takut saya nggak bisa jadi kakak yang baik buat dia. Sounds selfish, huh? Whatever, i'm just being honest.

Saya setuju banget ortu mau bantu anak ini soalnya dari keluarga yang nggak mampu. Tapi, saya kurang suka dengan ide adopsi anak lalu tinggal bersama. Saya lebih setuju kalo anak itu cukup dibiayai saja. Misalnya, biaya pendidikan. Setuju banget malah!

Saya masih belum tau ortu saya akhirnya jadi atau tidak mengadopsi anak itu. Mungkin saya ini egois. Mungkin saya jahat. Tetapi, ini yang saya rasakan. Mungkin saya... hanya belum dewasa... http://matcuoi.com