RSS

Senin, 20 Agustus 2012

Gigiku.... Perjuanganku.....

So, beberapa waktu yang lalu gue telah melepas kawat gigi yang telah memagari gigi gue dengan cantik selama hampir 4 tahun! Yak, bermula dari September 2008 dan berakhir pada Agustus 2012. 

Memakai kawat gigi bagi gue bukanlah untuk gaya-gayaan atau hanya untuk pamer. Ewh, itu adalah alasan terbodoh mengapa seseorang memakai kawat gigi. Bagi gue, memakai kawat gigi itu adalah sebuah perjuangan. Sebuah pencapaian. Sebuah... Mahakarya! *ups, sorry agak lebay*

Orang yang melihat gigi gue sebelum dikawat tidak akan bertanya, "Hey, kenapa pake behel?" Mereka akan tahu dengan jelas apa alasannya. Dulu gigi gue itu... Wah, ancur banget deh! Timpa sana, timpa sini, pokoknya saling timpa-timpaan! Plus, dua gingsul yang nangkring dengan arogannya di atas gigi seri lainnya. Kalo kata seorang temen yang calon dokter gigi profesional sih, istilahnya severe crowding. Kalo kata dokter gigi gue sih, sebuah kasus yang menantang. Wuih... 

Agak sulit melukiskan kondisi gigi gue dengan kata-kata... Mungkin foto cetakan gigi gue ini bisa membantu... Pink (sesudah), biru (sebelum).


 Rahang bawah

 Rahang atas


Nah, hasilnya rapi kaaaan? I told you, memakai kawat gigi adalah sebuah perjuangan dan pencapaian! Kamu yang telah melewatinya harusnya bisa berbangga hati karena perjuanganmu telah membuahkan hasil =3

Namun, perjuangan belum berakhir, kawan. Gue masih harus menggunakan retainer (benda di bawah ini) selama 1.5 tahun. Hal ini supaya gigi gue yang sudah rapi dan cantik ini tidak bergeser lagi. Secara tidak langsung, aktivitas seperti berbicara atau makan bisa membuat posisi gigi berubah lagi. Akibat paling fatal ya bisa berantakan lagi. Nggak mau dong! Nah, makanya harus taat menggunakan retainer ini. Lagipula, hidup memang merupakan perjuangan, bukan? Yeah!!! =3



 Tips untuk kamu-kamu yang pengen pakai kawat gigi:

1. Pastikan kamu benar-benar membutuhkannya. Jangan keluarkan alasan bodoh seperti lifestyle atau pamer. Hey, pasang kawat gigi itu mahal dan menyakitkan!
2. Carilah dokter gigi yang mempunyai reputasi yang baik. Atau, setidaknya, memang kredibel. Jangan pasang kawat gigi di tukang "ahli gigi" ya! Bahaya!
3. Bicarakan pada orangtua tentang biaya dan konsekuensi seperti kontrol setiap 3 minggu ke dokter gigi. Orangtua sebaiknya mendukung soalnya merekalah yang akan membiayainya. =p
4. Sebaiknya pilih waktu saat liburan untuk memasang kawat gigi. Soalnya, rasa ngilunya itu sering kali menyiksa. Bisa-bisa kamu hanya bisa makan bubur selama berhari-hari.
5. Anggaplah memasang kawat gigi merupakan hal yang menyenangkan. Setiap ganti karet behel, kita bisa memilih warna karetnya sesuka hati. Hihihi....
6. Tetap teguh hati meskipun behel membuat kamu sariawan. Pikirkan hasil akhirnya. Gigi cantik... Gigi indah... Senyum bagaikan model iklan pasta gigi pepsodent
7. Semangat sampai akhir meskipun dokter gigi sering kali membuat kamu nggak nyaman. Jangan getir walaupun kamu harus mencabut beberapa gigi. SEMANGAT!!! =3

Nah, kira-kira begitu tips dari gue. Katanya sih, sekarang teknologi sudah memungkinkan pemakaian behel nggak sesakit dulu. So, why not? Perjuangan demi gigi cantik! Last but not the least, thank you soooo much drg. Finny! My pretty and friendly dentist :)

 Hidup adalah perjuangan, kawan... Tak terkecuali dalam hal memakai kawat gigi.

Here It Is.... Grandmom Poses!



Yeah, some funny poses with grandmom. Like it. Haha! =3

Happy Birthday Mom! :")



Two days ago was My Super Mom's birthday!
Happy Birthday Mom! :")

Jumat, 17 Agustus 2012

Penipu Humoris



Wow, udah lama banget ya gue nggak cuap-cuap di mari. Alasan paling basi adalah "karna lagi nggak mood". Ya, gue akuin ini adalah kebiasaan yang buruuuuk banget. Hehe... Pengakuan dosanya selesai. Sekarang gue mau cerita tentang kejadian yang gue alami beberapa minggu yang lalu. Ini soal penipuan. Waspadalah... Waspadalah....!!! *halah*

Pengalaman gue ini mungkin pernah pula dialami kamu... Bukan soal modus penipuan "mama minta pulsa" atau "selamat! kamu menang undian!" Bukan... Bukan itu... Modus penipuan yang gue alami adalah penipuan via telepon. Nah... Begini ceritanya...

Waktu itu, sekitar pk 2.00 dini hari, handphone gue berdering terus-menerus. Gue yang baru aja tidur 30 menit pun terbangun dan akhirnya melihat handphone. Duh, 7 missed call dari nomor yang nggak gue kenal.. Aduh, siapa sih ini? Masa mau modus kenalan jam segini? Apa jangan-jangan ini nomor orangtua-entah-siapa yang sedang kehilangan anaknya? Akhirnya, panggilan ke-8 pun datang. Langsung gue angkat. 

"Halo...," sapa gue.
"Halo, ini Yohannie Linggasari ya?" jawab pria yang suaranya bisa dibilang Sunda pisan. Wah, tumben ada yang nyebutin nama lengkap gue dengan bener. Biasa mah kalo nggak "Johannie", "Johan" ya "Yohanna", atau yang rada kurang ajar manggil "Linggarjati".
"Ehm... Ni siapa ya?" 
"Apa kabar nih?"
"Ini siapa?"
(dan suara di seberang pun malah cengengesan) Akhirnya teleponnya gue matiin.

Nggak berapa lama, dia nelpon lagi. Kali ini makin nggak jelas.
"Sombong ya Yohannie yang sekarang udah di Australia..." Ngaco abis, sejak kapan gue di Aussie??? Wong, kuliah aja di Desa Djatinangor kok...
"Ini siapa ya?"
"Sombong ya sekarang..." 
Gue akhirnya merasa ada yang aneh. Ya sudah, gue matiin aja. "Wong edan!" begitu kata gue dalam hati.

Maksud hati mau berkunjung lagi ke dunia mimpi, apa daya dahaga menyerang. Gue keluar kamar buat ambil minum. Dengan mata masih mengantuk, gue melihat bokap gue lagi di meja telepon. Ternyata doi baru dapet telepon yang sama anehnya dengan gue. Begini kira-kira perbincangan bokap dengan wong edan:

Bokap (B): Halo..
Edan (E): Halo, ini dengan rumah Yohannie Linggasari?
B: Iya, benar.
E: Yohannie sekarang lagi di kepolisian. Kalau mau bebas, bapak ke sini sekarang... (dan muncullah backsound anak cowok nangis-nangis) Padahal, gue lagi di kamar.
B: Ini dengan siapa? 
E: Saya dari kepolisian. Yohannie ini laki-laki kan? (Ya, ya, emang banyak yang menyangka nama gue ini nama laki)
B: Iya. 
E: Nikah sama Lampard ya? (Sumpah, ini ngakaaaaak abis! Kalo gue laki kok nikahnya sama Lampard? Tapi... Amiiiin aja deh :D)
B: Iya. Anak saya lagi nggak di Indonesia. Dia lagi di Aussie.
E: Udah punya anak ya?
B: Iya. Anaknya udah 2 
(Perbincangan semakin random =.=)
B: Kamu siapa? Anak saya kerja di Kedutaan Australia (Lulus kuliah aja belom....)
E: Saya kerja di sana juga..
B: Jabatan kamu apa?
E: Penerjemah (Owalah.....)
B: Jabatan anak saya lebih tinggi...
E: Ah!!! Mati aja lu!!!

Ya seperti itulah kira-kira perbincangan bokap gue dengan si penipu yang humoris. Maksudnya ingin menipu, tapi malah dikerjain. Aduh, kasian banget... Setelah cerita ke temen-temen SMA, ternyata banyak yang dapat telepon aneh itu juga. Sepertinya si penipu mengambil data kami dari database yang pernah kami upload ke website beberapa tahun lalu. Nah, si penipu mungkin mengira gue nikah sama Lampard karena email gue ada kata "Lampard"-nya (maklum, ngefans!). Ada salah satu temen gue yang backsoundnya anak cowok nangis pake bahasa Cina. Haduh, memang penipu yang humoris....

Nah, buat temen-temen yang sudah baca cerita di atas, mungkin bisa menyimpulkan sendiri bagaimana modus si penipu. Modus penipuan seperti ini memang menargetkan mahasiswa yang merantau jauh dari rumah (alias anak kosan). Mereka sengaja menelepon handphone kita sampai sibuk supaya orang rumah nggak bisa menanyakan kabar kita. Malah ada yang mengaku dari operator provider SIM tertentu dan meminta kita mematikan handphone kita karena ada gangguan. 

Sementara itu, mereka menelepon rumah kita dan mengatakan kita sedang di kantor polisi ataupun di rumah sakit. Orangtua yang khawatir bisa saja kan lepas kendali dan mempercayainya. Apalagi, dengan kondisi handphone kita nggak bisa dihubungi.  Modus penipuan seperti ini sebenarnya sudah banyak terjadi bertahun-tahun sebelumnya dan masih berlangsung hingga kini. 

Saran gue, jangan suka menyebarkan informasi personal (seperti no hp atau alamat) di situs jejaring sosial. Jangan juga sering menyebarkan kegiatan yang kita lakukan secara detail (misalnya sedang ke mana, dengan siapa, dan sedang melakukan apa). Saat ini, aplikasi seperti 4square seringkali membuat seseorang begitu detail menceritakan kegiatannya. Nah, itu jadi sasaran empuk penipuan. So, be wise with the technology, guys! =3



Minggu, 01 Januari 2012

Terapi Tertawa

Beberapa waktu yang lalu gue ikut terapi tertawa di Bandung. Gue pergi bareng 4 orang temen gue. Adapun, yang mengadakan kegiatan semacam ini adalah sebuah komunitas bernama Circle of Laughter. Mereka dapat mengadakan kegiatan ini di mana saja sesuai dengan kebutuhan dan akses yang ada. Nah, kemarin itu, gue ikut saat komunitas ini mengadakannya di Café Reading Light di daerah Ciumbuleuit.

Motivasi mengikuti terapi ini adalah untuk tugas Feature Radio gue. Dan memang selama ini gue penasaran seperti apa itu terapi tertawa. Pertama datang, bertemu dengan ibu-ibu yang biasa ikut terapi tertawa ini. Kita ngobrol cukup lama. Ibu ini terlihat seperti ibu-ibu lain pada umumnya. Tidak ada yang aneh.

Kemudian tibalah saatnya terapi ini dimulai. Ternyata tidak ada cara-cara unik yang digunakan selain kreativitas fasilitator dalam membuat orang tertawa. Di situlah tantangan bagi fasilitator terapi tertawa ini. Oya, sebelumnya, ada pemanasan dengan yoga. Si fasilitator kemudian mulai mengeluarkan strateginya untuk membuat orang tertawa atau paling tidak minimal tersenyum.

Pertama, fasilitator menyuruh kami berkenalan dengan yang lain. kami kemudian dipasang-pasangkan. Namun, perkenalan tidak seperti biasanya. Kami tidak boleh berbicara melainkan hanya boleh tertawa. Aneh kan? Wong nggak ada yang lucu disuru ketawa, sambil berjabat tangan dengan orang asing pula. Ih, gimana caranya gue bisa ketawa????? Untungnya, gue dapet pasangan yang cukup lebay ketawanya. Belum apa-apa, udah ketawa duluan. Ngeriiiii sih awalnya. Aneh gila! Eh, lama kelamaan gue jadi ikut ketawa juga karna melihat keanehannya. Awalnya tertawa kecil dan lama-lama jadi terbahak-bahak. Gue bingung, orang-orang di terapi ini tertawa begitu terbahak. Ketawanya lebaaaaaaaayyyy banget deh! Dan taraaaa, karna melihat mereka tertawa untuk hal yang tak lucu itu, gue pun ikut ketawa. Muuuahahahahah…

Nyatanya, banyak dari kita yang sudah dewasa ini sulit sekali untuk tertawa. Harus ada alasan-alasan jelas yang membuat kita tertawa. Padahal, kalau kita tengok anak kecil, mereka dengan mudah bisa tertawa-tawa. Tanpa alasan yang jelas. Itu pulalah yang dijelaskan oleh Hariyadi (fasilitatot terapi tertawa), bahwa menurut penelitian, anak kecil dapat tertawa sebanyak 300 kali sehari sedangkan orang dewasa hanya sekitar 20 kali sehari. Wah, jauh sekali yah perbedaannya. Di terapi tertawa ini juga dihimbau agar kita bisa tertawa meskipun tidak ada penyebabnya. Jadi kuncinya tertawalah dulu baru merasa bahagia. Bukan sebaliknya, bahagia baru tertawa. Belajar juga untuk menertawai kebodohan diri sendiri. Hmmm, hal yang masih sulit gue praktikkan. Yak, gue rasa, kalau mau awet muda, rahasianya adalah banyak-banyak tertawa! Hahahaha.

Rabu, 21 Desember 2011

Puisi Tentang Seseorang

Masih ingat ini?


Link

Ku lari ke hutan kemudian menyanyiku,.

Ku lari ke pantai kemudian teriakku
Sepi..sepi dan sendiri aku benci
Ingin bingar aku mau di pasar..
Bosan aku dengan penat
Enyah saja kau pekat
Seperti berjelaga jika ku sendiri

Pecahkan saja gelasnya biar ramai
Biar mengaduh sampai gaduh
Ada malaikat menyulam jaring labah-labah belang di tembok keraton putih
Kenapa tidak kau goyangkan saja locengnya biar terdera
Atau aku harus lari kehutan
Belok ke pantai..?

Bosan aku dengan penat
Dan enyah saja kau pekat
Seperti berjelaga jika ku sendiri

Jumat, 16 Desember 2011

Indra… What? Indra Darwin??!!

Kalau lu punya nyokap yang punya banyak anak kayak nyokap gw (baca: 4 anak), mungkin lu akan merasakan pengalaman di mana nyokap lu itu salah manggil nama.

“Yos, ambilin remote dong!”

“Aku Hannie kali Ma…” (dengan muka SWT)

“Eh iya…”

Ya begitulah kira-kira. Malah pernah nyokap gw nyebutin 4 nama sekaligus… Saking lagi buru-buru. Sering kali gue omelin nyokap gue. Hahahahah. Ya begitulah nyokap gue.

Tapi suatu hari gue tahu perasaan nyokap gue, perasaan di mana lu ngerasa udah nyebut nama orang dengan bener, padahal lu tuh salah. Dan celakanya, semua orang tahu lu salah kecuali elu. Dan kemudian lu sadar sendiri elu tuh salah. Tapi, semuanya udah terlambat.

Ini cerita gue saat gue masih unyu (sekarang juga masih unyu sih) di bangku SMA… Ya, kira-kira tahun 2008. Jadi begini….

Di suatu siang yang membosankan…. Saat itu lagi pelajaran lab bahasa Inggris… Tapi kali ini tidak di lab seperti biasanya melainkan di kelas. Waktu itu Pak Sugi (guru bahasa Inggris gue) lagi nulisin nama-nama tokoh yang nantinya akan jadi bahan story telling kita. Jadi, ada tugas menceritakan seorang tokoh terkenal dalam bahasa Inggris. Pak Sugi menuliskan nama-nama tokoh yang dipilih oleh temen-temen gue. Urutannya itu berdasarkan abjad. Semakin nama lu diawali abjad-abjad awal, semakin lu bisa milih. Dan sayangnya, nama gue adalah Yohannie. Jadilah gue termasuk orang-orang terakhir yang bisa milih dengan enak.

Waktu itu gue ngantuuuuuuukkk banget. High school life gitu lho, bawaannya selalu aja ngantuk (kenapa ya?). Gw nunggu dengan santai. Isadora Duncan, Isaac Newton, dan Leonardo Da Vinci uda ada yang milih. Duh, apa yah? Nah, sampailah ke giliran gue…

“Yohannie mau ambil tokoh siapa?” tanya Pak Sugi.

“Indra Darwin, Pak…” kata gue datar.

“Charles Darwin?” tanya Pak Sugi yang tampak bingung. Kelas hening.

“Indra Darwin, Pak….” Kata gue lagi. Yakin men.

“Charles Darwin?” tanya Pak Sugi lagi.

“Itu lho Pak, Indra Darwin yang pahlawan revolusi….”

Ini Pak Sugi kenapa dibilangin nggak ngerti-ngerti. Kan gue bilang Indra Darwin. Kenapa dia ngotot banget. Eh tunggu…. Indra… What?? Indra Darwin??

Sayang oh sayang, gue telat menyadari kebodohan gue. Kelas langsung ribut. Temen-temen pada ketawa. Aduuuh muka gue merahnya uda kayak kepiting rebus. Gue cuman nutupin muka pake kertas aja sambil ikutan ketawa (begonya, ngapain juga gue ikut ketawa ya???)

Gue nengok ke arah temen gue. Namanya Indra Darwin. Gue nggak tau kenapa kok bisa-bisanya nyebutin nama dia. So pasti, karena dia itu nama belakangnya sama ama Charles sih. Tapi… yaaaa kok bisa-bisanya sih! Aduhhhh…………….. Mama, maafkan aku. Kualat deh gue!