RSS

Selasa, 01 Desember 2009

Kesadaran yang Terlupakan

Heyy world!! Nice to see you again! :)

Baru saja gw mengikuti RPD (Retret Pemula Dharmajala). Ini adalah sejenis pekan penghayatan dharma. Kalau ada yang bingung, intinya ini adalah sejenis pekan pendalaman iman gitu deh.. Eh, tapi nggak juga sihh.. Aduh, kok jadi gw yang bingung yahh.. Hahahaha...

Nah, ini merupakan kali pertama gw mengikuti retret buddhis. Sebelumnya gw sudah sering mengikuti retret dari sekolah gw yang berbasis Katolik/Kristen. Sebelum ikut juga sempat bertanya-tanya kayak apa yah retret dalam agama Buddha itu? Agak malas juga sih mengikutinya soalnya diadakan pada saat yang seharusnya long weekend karena adanya tanggal merah di hari Jumat yaitu tanggal 27 November sebagai Hari Raya Idul Adha. Udah kangeeen rumah banget.. Pengen pulang banget... Tapi akhirnya ikut retret juga soalnya masuk nilai agama sih.. Hihihii. Tetapi penasaran juga seperti apa retret ini, jadinya gw putuskan untuk ikut aja.

Sebelum berangkat ke sana, sempat ada briefing dari senior. Kita dikasih tau kayak apa sih retret ini supaya kita nggak kaget begitu sampai di sana. Yahh, seenggaknya gw udah dapet gambaran kalau di sana kita akan meditasi terus dan makan makanan vegetarian. Dan kita juga akan mengambil atangha sila. Atangha sila tuh isinya: tidak boleh membunuh, tidak boleh mencuri, tidak boleh berdusta, tidak boleh minum/makan yang memabukkan, tidak boleh berzinah, tidak boleh tidur di tempat yang tinggi, tidak boleh makan lewat dari jam 12 siang, dan tidak boleh menikmati indria. Yah, seenggaknya itulah yang ada di gambaran gw.

Dan akhirnya hari Kamis pun tiba. Kita yang dari Jatinangor pun segera berangkat ke Bandung untuk menjemput teman-teman yang lainnya dan akhirnya langsung menuju Puncak, lebih tepatnya lagi adalah Kebun Bunga. Setelah menempuh perjalanan berjam-jam, tibalah kami di Villa Victory. Tempatnya oke juga. Kalau nggak salah, kita sampai pukul 12 malam. Segeralah kami tidur.

Keesokan harinya, kami dibangunkan dengan lonceng. Tentunya, gw nggak bakalan bangun hanya karena suara lonceng. Gw dibangunkan oleh temen yang tidur di sebelah gw. Aaaah, ngantuuuk bangeeet!! Gila, baru jam berapa nih? Kalau nggak salah itu sekitar jam 5 pagi. Kami pun akhirnya gosok gigi dan segera menuju ke aula di lantai dua. Handphone, dompet, alat kosmetik, dan apapun yang dapat membuat kita melanggar attanggha sila dikumpulkan. Hidup tanpa handphone selama 3 hari?? Hmm, i try! Lalu, kami semua dibagi jubah putih yang dianggap sakral. Ini sih maksudnya supaya kita lebih bisa sadar aja. Jadi, jubah ini hanya sebagai pembantu kami untuk berusaha sadar. Begitu juga dengan lonceng, bila lonceng dibunyikan, segeralah kita menyadari nafas kita sebanyak 3 kali dan kembali ke saat ini. Pertamanya gw bingung, ini apaan sih ngomongin kesadaran terus? Maksud lo apa sihhh???

Hari pertama itu gw berasa susah banget mandi. Ngantri. Bayangin aja, peserta 40 orang tetapi toilet yang dapat digunakan hanya 4!! Are you kidding me? Badan berasa nggak enak dan lengket karena belum mandi. Ceramah-ceramah tentang kesadaran dan kawan-kawan pun terus bergema. Dalam hati, "Aduuuh tau gini gw nggak usah ikut dah. Mending gw pulang ke Bekasi trus main ke mall..." Gw merasa nggak betah dan pengen cepat-cepat pulang. Di sini gw juga mulai hati-hati dengan semua makhluk di sekitar gw. Yang biasanya kalau liat nyamuk gatel pengen nepok, sekarang gw berusaha untuk membiarkan mereka hidup. Hehehe.

Hari kedua. Gw merasa lebih jelas dan pikiran gw mulai terbuka tentang kesadaran. Dijelaskan betapa seringnya kita terhempas ke masa depan atau terseret ke masa lalu. Sangat jarang sepertinya kita benar-benar ada di masa ini. Sebelumnya, gw nggak pernah menyadari hal itu. Tetapi setelah diberi presentasi mengenai kesadaran itu sendiri, gw baru mengerti hal itu. Bayangkan, betapa banyak waktu yang kita buang dengan sia-sia hanya untuk berlarut-larut dalam masa lalu, baik itu indah maupun menyedihkan. Yap, gw sering mengalami hal itu. Memikirkan tentang masa lalu yang tiada gunanya. Dan bayangkan, betapa banyak waktu yang kita gunakan untuk memikirkan masa depan, berencana dan berencana. Kita sering mencemaskan hal yang belum terjadi, yang belum pasti. Padahal, bila kita dapat menyadari diri kita di masa ini, tentunya kita dapat lebih menikmati hidup. Bukan berarti kita tidak belajar di masa lampau atau tidak boleh memikirkan masa depan. Namun, jangan sampai diri kita terlalu banyak di masa lampau dan masa depan. Coba bayangkan, bila kita terlalu sibuk memikirkan dan berencana untuk masa depan sehingga kita tidak dapat menikmati hidup kita yang sekarang, lalu tiba-tiba "puff" hidup kita terhenti... Sayang banget kan? Betapa baiknya bila kita menikmati hidup kita yang sekarang ini dengan senang hati dan tetap memikirkan masa depan namun tidak terpusat padanya.

Untuk melatih kesadaran itu sendiri, dapat dengan meditasi. Ada 6 unsur dalam meditasi itu sendiri, yaitu: menyatukan jiwa dan raga kita di saat ini, mempertahankan kesatuan jiwa dan raga, memunculkan mentari kesadaran, memperkuat mentari kesadaran itu sendiri, melihat dengan dalam dan tepat, dan memunculkan understanding. Yak, benar-benar teori yang sulit dipraktikkan. Pembicaranya sempat bilang, kalau mau memunculkan understanding yang apa adanya, jangan menggunakan pikiran ataa dengan kata lain jangan berpikir. Hmm, sampai sekarang gw sulit mencernanya. Sungguh membingungkan. Semoga dengan berjalannya waktu, gw bisa menemukan jawabnannya. Tentunya hal ini harus gw buktikan donk. Gw nggak mau kalau hanya menerimanya bulat-bulat.

Untuk dapat bermeditasi, kita harus dapat membuat badan kita merasa relax. Sadari setiap bagian tubuh yang tegang dan just let it go. Ternyata meditasi itu ada banyak macamnya. Ada meditasi duduk, berdiri, jalan, berbaring, dan melakukan aktivitas. Mungkin yang banyak dipikirkan orang adalah meditasi duduk. Tapi ternyata meditasi sambil bergosip bisa juga loh! Yaaah, tapi gw masih bingung sih gimana caranya? Masih banyak yang ngambang di pikiran gw. Pada saat meditasi jalan, gw benar-benar merasa lucu melakukannya. Bayangin aja, kita pake jubah putih trus jalan dengan pelan dan wajah yang rata-rata bengong. Hmm, berasa kayak orang gila di rumah sakit jiwa kan? Ada juga meditasi makan. Kita berusaha untuk menyadari setiap makanan yang masuk ke mulut kita, mengunyahnya dengan lama sampai sangat halus. dan merasakan setiap sensasi yang dihasilkan. Ini membuat gw merasa sangat bersyukur karena dapat menikmati makanan yang belum tentu semua orang bisa menikmatinya. Tetapi, jujur aja, gw agak nggak sabaran dalam melakukan meditasi makan. Yak itulah sekilas mengenai meditasi yang masih harus banyak gw praktikkan dan latih.

Malamnya, ada DBD (Dengar Baca Diskusi). Banyak yang dibahas. Tetapi, yang paling menyentuh gw adalah diskusi mengenai keluarga. Banyak teman-teman yang telah mengalami kekerasan dalam keluarganya dengan berbagai macam bentuk. Misalnya, ada yang suka dipukul oleh orang tuanya atau dididik secara keras oleh orang tuanya. Mungkin hal itu membuat kita kesal dan kemudian menjadi benci pada orang tua. Tetapi, mungkin saja orang tua berlaku begitu karena ajaran dari orang tuanya juga. Jadi, orang tua kita juga merupakan korban, bukan? Bayangkan saja orang tua kita sebagai anak kecil berumur 5 tahun yang tak berdaya dan memperoleh perilaku kasar/ keras dari orang tuanya. Dengan cara ini, kita akan lebih dapat memaafkan orang tua kita dan mengerti posisi mereka. Gw merasa beruntung banget karena memiliki keluarga yang sangat baik pada gw dan adanya suasana demokratis dalam keluarga gw. Thanks God!

Malam puncaknya adalah meditasi peluk. Sounds weird, huh?! Ini semacam acara nangis-nangisan itu lohh kalau di retret yang biasa gw ikutin. Di sini kita dikondisikan untuk memeluk teman sesama jenis untuk membantu kita melepaskan rasa bersalah atau memaafkan orang lain. Jadi, orang yang kita peluk itu hanya untuk membantu kita dalam melepaskan perasaan kita. Tetapi, jujur, gw nggak tersentuh. Ada beberapa teman yang menangis tersedu-sedu. Mungkin mereka sedang ada konflik dengan keluarganya. Biasanya, di retret yang pernah gw ikutin, gw selalu nangis di bagian ini. Soalnya menyangkut orang tua sih, tetapi kali ini nggak. Mungkin pembicaranya kurang bisa bikin gw sedih kali yaaah??? Atau mungkin karena pikiran gw melayang-layang kemana-mana...

Hari ketiga diawali dengan yoga. Baru pertama kali ini gw merasakan yoga dan yap it's nice! Semuanya dilakukan dengan slow motion dan yang paling penting adalah berkesadaran. Di hari ketiga ini gw menjadi lebih jelas lagi tentang apa itu hidup berkesadaran. Bukan hanya sadar akan diri sendiri saja, tetapi kita harus sadar akan lingkungan kita, sadar akan semua hal yang kita konsumsi, dan lainnya. Setelah mengikuti retret ini, gw menjadi sadar tentang buah-buah pikiran dan persepsi yang selalu gw produksi setiap harinya. Ternyata banyak loh pikiran negatif yang berkecamuk dalam kepala gw. Dan gw merasa gw sering banget dan ternyata apa yang terlihat di cover belum tentu sama dengan isinya. Gw sekarang belajar untuk lebih positive thinking lagi dan mencoba mengatasi perasaan-perasaan tidak mengenakkan dalam diri gw. Secara teori, katanya sih kalau marah, sadari dan kenali saja rasa marah itu, kemudian just let it go. Maka kemarahan itu akan menghilang perlahan-lahan. Yap, itu adalah teori. Secara praktik belum gw jalankan dan akan berusaha gw jalankan. Sekarang gw nggak merasa menyesal lagi seusai mengikuti retret karena gw telah mendapat sebuah inspirasi untuk menjalani hidup ini.

Sekarang gw akan mencoba hidup berkesadaran itu sendiri dan berusaha menjadi manusia yang lebih baik lagi serta meningkatkan kualitas diri. Mencoba menyadari pikiran-pikiran yang setiap detiknya kita produksi dan mencoba melihat lebih dalam pada persepsi yang telah kita ciptakan. Satu hal yang paling penting, keep positive thinking and don't just the book just from it's cover... Aza aza fighting!! (:

0 komentar:

Posting Komentar