RSS

Jumat, 17 Agustus 2012

Penipu Humoris



Wow, udah lama banget ya gue nggak cuap-cuap di mari. Alasan paling basi adalah "karna lagi nggak mood". Ya, gue akuin ini adalah kebiasaan yang buruuuuk banget. Hehe... Pengakuan dosanya selesai. Sekarang gue mau cerita tentang kejadian yang gue alami beberapa minggu yang lalu. Ini soal penipuan. Waspadalah... Waspadalah....!!! *halah*

Pengalaman gue ini mungkin pernah pula dialami kamu... Bukan soal modus penipuan "mama minta pulsa" atau "selamat! kamu menang undian!" Bukan... Bukan itu... Modus penipuan yang gue alami adalah penipuan via telepon. Nah... Begini ceritanya...

Waktu itu, sekitar pk 2.00 dini hari, handphone gue berdering terus-menerus. Gue yang baru aja tidur 30 menit pun terbangun dan akhirnya melihat handphone. Duh, 7 missed call dari nomor yang nggak gue kenal.. Aduh, siapa sih ini? Masa mau modus kenalan jam segini? Apa jangan-jangan ini nomor orangtua-entah-siapa yang sedang kehilangan anaknya? Akhirnya, panggilan ke-8 pun datang. Langsung gue angkat. 

"Halo...," sapa gue.
"Halo, ini Yohannie Linggasari ya?" jawab pria yang suaranya bisa dibilang Sunda pisan. Wah, tumben ada yang nyebutin nama lengkap gue dengan bener. Biasa mah kalo nggak "Johannie", "Johan" ya "Yohanna", atau yang rada kurang ajar manggil "Linggarjati".
"Ehm... Ni siapa ya?" 
"Apa kabar nih?"
"Ini siapa?"
(dan suara di seberang pun malah cengengesan) Akhirnya teleponnya gue matiin.

Nggak berapa lama, dia nelpon lagi. Kali ini makin nggak jelas.
"Sombong ya Yohannie yang sekarang udah di Australia..." Ngaco abis, sejak kapan gue di Aussie??? Wong, kuliah aja di Desa Djatinangor kok...
"Ini siapa ya?"
"Sombong ya sekarang..." 
Gue akhirnya merasa ada yang aneh. Ya sudah, gue matiin aja. "Wong edan!" begitu kata gue dalam hati.

Maksud hati mau berkunjung lagi ke dunia mimpi, apa daya dahaga menyerang. Gue keluar kamar buat ambil minum. Dengan mata masih mengantuk, gue melihat bokap gue lagi di meja telepon. Ternyata doi baru dapet telepon yang sama anehnya dengan gue. Begini kira-kira perbincangan bokap dengan wong edan:

Bokap (B): Halo..
Edan (E): Halo, ini dengan rumah Yohannie Linggasari?
B: Iya, benar.
E: Yohannie sekarang lagi di kepolisian. Kalau mau bebas, bapak ke sini sekarang... (dan muncullah backsound anak cowok nangis-nangis) Padahal, gue lagi di kamar.
B: Ini dengan siapa? 
E: Saya dari kepolisian. Yohannie ini laki-laki kan? (Ya, ya, emang banyak yang menyangka nama gue ini nama laki)
B: Iya. 
E: Nikah sama Lampard ya? (Sumpah, ini ngakaaaaak abis! Kalo gue laki kok nikahnya sama Lampard? Tapi... Amiiiin aja deh :D)
B: Iya. Anak saya lagi nggak di Indonesia. Dia lagi di Aussie.
E: Udah punya anak ya?
B: Iya. Anaknya udah 2 
(Perbincangan semakin random =.=)
B: Kamu siapa? Anak saya kerja di Kedutaan Australia (Lulus kuliah aja belom....)
E: Saya kerja di sana juga..
B: Jabatan kamu apa?
E: Penerjemah (Owalah.....)
B: Jabatan anak saya lebih tinggi...
E: Ah!!! Mati aja lu!!!

Ya seperti itulah kira-kira perbincangan bokap gue dengan si penipu yang humoris. Maksudnya ingin menipu, tapi malah dikerjain. Aduh, kasian banget... Setelah cerita ke temen-temen SMA, ternyata banyak yang dapat telepon aneh itu juga. Sepertinya si penipu mengambil data kami dari database yang pernah kami upload ke website beberapa tahun lalu. Nah, si penipu mungkin mengira gue nikah sama Lampard karena email gue ada kata "Lampard"-nya (maklum, ngefans!). Ada salah satu temen gue yang backsoundnya anak cowok nangis pake bahasa Cina. Haduh, memang penipu yang humoris....

Nah, buat temen-temen yang sudah baca cerita di atas, mungkin bisa menyimpulkan sendiri bagaimana modus si penipu. Modus penipuan seperti ini memang menargetkan mahasiswa yang merantau jauh dari rumah (alias anak kosan). Mereka sengaja menelepon handphone kita sampai sibuk supaya orang rumah nggak bisa menanyakan kabar kita. Malah ada yang mengaku dari operator provider SIM tertentu dan meminta kita mematikan handphone kita karena ada gangguan. 

Sementara itu, mereka menelepon rumah kita dan mengatakan kita sedang di kantor polisi ataupun di rumah sakit. Orangtua yang khawatir bisa saja kan lepas kendali dan mempercayainya. Apalagi, dengan kondisi handphone kita nggak bisa dihubungi.  Modus penipuan seperti ini sebenarnya sudah banyak terjadi bertahun-tahun sebelumnya dan masih berlangsung hingga kini. 

Saran gue, jangan suka menyebarkan informasi personal (seperti no hp atau alamat) di situs jejaring sosial. Jangan juga sering menyebarkan kegiatan yang kita lakukan secara detail (misalnya sedang ke mana, dengan siapa, dan sedang melakukan apa). Saat ini, aplikasi seperti 4square seringkali membuat seseorang begitu detail menceritakan kegiatannya. Nah, itu jadi sasaran empuk penipuan. So, be wise with the technology, guys! =3



2 komentar:

Anonim mengatakan...

ya kita harus lebih berhati2 ma org2 ky gt. untung ga ditanggapi serius ama ayahnya.
komen dikit, itu mah bukan penipu tp orang iseng. humoris? saya gak liat sesuatu yang berbau humor dr orang yg nelpon itu.

Haney mengatakan...

@anonim: Halo anonim. Thanks sudah baca dan komen...

Sebenarnya org tersebut memang berniat memeras hanya saja tdk sy ceritakan secara detail di tulisan sy. Ia awalnya memang minta tebusan tapi terus dialihkan perhatiannya oleh ayah sy.

Dan soal kata 'humoris' memang sengaja sy gunakan judul tersebut meskipun ga nyambung karena kisah ini selalu bikin sy tertawa geli kalo mengingatnya..

Thank you ^^

Posting Komentar